Cintailah Ibu kita sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri

"Shi Sang Chi You Mama Hau"



Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari
keluarga kaya, dan merupakan orang
yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang
yatim piatu, hidup serba kekurangan,
tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat
sang pria jatuh hati.


Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah,
dengan membawa sang wanita ke rumahnya.
Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita
tsb. Sebagai orang yang terpandang
di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi
keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah
mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha
menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah
menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.



Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb
bahwa tidak ada yang bisa memisahkan
mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah
perkataan orangtuanya, sesuatu yang
belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya
seorang anak sangat tunduk pada orang
tuanya).



Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar
menerima calon istrinya. Sang orang
tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah
dengan wanita tsb, yang menurut mereka
akan sangat merugikan masa depannya.



Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan
untuk meninggalkan semuanya demi sang
kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini
diketahui oleh orang tua sang pria.
Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar
dan dijaga ketat oleh para bawahan di
rumahnya yang besar.



Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan
sepasang kekasih tsb untuk melarikan
diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu
sang pria.. Mereka kemudian memohon
pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya.



Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar,
perkawinan mereka hanya akan menjadi
gunjingan seluruh penduduk kota , reputasi anaknya akan tercemar,
orang2 tidak akan menghormatinya lagi.
Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut
secara perlahan2.


Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan
agar wanita tsb meninggalkan kota ini,
tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang
tsb dapat digunakan untuk membiayai
hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa
perbedaan status sosial yang sangat
jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia
setuju untuk meninggalkan kota ini,
tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan
uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar,
jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit?



Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan
sepucuk surat kepada mereka, yang
menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang
pria kuatir anaknya akan terus mencari
kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak
bukan suamimu, bukankah Anda ingin
melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan
kalian berdua", kata sang ibu.


Dengan berat hati, sang wanita menulis surat . Ia menjelaskan
bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi
meninggalkan sang pria.. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan
merugikan sang pria. Ia minta maaf karena
telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama
dalam menghadapi penolakan2 akibat
perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini,
dan memutuskan untuk berpisah.


Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.



Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia
terjebak antara moral dan cintanya. Sang
wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah
desa yang lebih terpencil. Disana, ia
bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.



=============0000000000==============



Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang
ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu
bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi
dan siang hari, ia bekerja di sebuah
industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan
menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan.
Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di
punggungnya.


Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak
memungkinkan, karena ia harus berada
di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan
pekerjaannya. ..


Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras. Demamnya
sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah
sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa
hari. Biaya pengobatan telah menguras
habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun
belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga
meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan
pinjaman.


Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup
ramuan, untuk mempercepat kesembuhan
putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk
dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya
mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk
membeli daging. Untuk meminjam lagi,
rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia
kenal, dan belum terbayar.


Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk
mendapatkan daging. Toko daging di
desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat
gajian.


Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang
ada di rumahnya, sebilah pisau dapur,
dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang
ibu nekad mengambil sekerat daging
dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia
mengikat mulutnya dengan sepotong kain.
Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri,
sambil berusaha tidak mengeluarkan
suara kesakitan yang teramat sangat?..



Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan
sang ibu tidak terdengar oleh para
tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga
tersentuh dengan pengorbanan yang sedang
dilakukan oleh sang ibu ............ .


=============0000000000==============



Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang
tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia
juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di
desa tersebut, bermain bersama, dan
bersama2 menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama Hau" (terjemahannya
"Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang
baik").



Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai
penjaga toko, karena ia sudah bisa
meninggalkan anaknya di siang hari.



Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak
terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa
membantu ibunya menyuci di malam hari.. Ia tahu ibunya masih menyuci
di malam hari, karena perlu tambahan
biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.



Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat
membelikan sebuah jam tangan, yang sangat
didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko,
tetapi segera menolak setelah pemilik
toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu
mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu
mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.



Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia
meminta kepada kakek pemilik toko agar
menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah
kamu punya uang?" tanya sang pemilik
toko. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata sang anak dengan
serius.


Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan
tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya
sang anak hanya main2.



Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu
mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan ?".
"Saya tidak mencuri, kakek.



Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang
pergi ke sekolah. Selama sebulan ini,
saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang
becaknya saya simpan untuk beli jam
ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu
ibuku tentang hal ini. Ia akan marah"
kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.



Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak
segera memberikan ucapan selamat pada
ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru,
ia bangga dengan anaknya. Jam tangan
ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana
uang untuk membeli jam tsb. Sang anak
tutup mulut, tidak mau menjawab.



"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia
tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia
mengumpulkan uang tersebut.



Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa
anaknya telah mencuri. "Walaupun kita
miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang
hal ini?" kata sang ibu.


Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada
anaknya, ia harus mendidik anaknya
sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir
keluar. Hatinya begitu perih, karena ia
sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan
anaknya.


Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke
rumah tsb heran, dan kemudian prihatin
setelah mengetahui kejadiannya. "Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah
satu tetangganya.


Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah
salah satu tetangganya yang merupakan
familinya.



Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika
mengetahui persoalannya, ia segera
menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari
ke arah pemilik toko, memohon agar
jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.



"Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh
menyembunyi- kan sesuatu dari ibunya".
Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan
bagaimana sang anak tiba2 muncul di
tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb,
dan sebulan kemudian akan membelinya.
Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang
tahun ibunya. Ia juga menceritakan
bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan
tidak jajan di sekolah selama sebulan
ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.



Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb,
begitu pula dengan tetangganya. Sang
ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan
tersedu-sedu. "Maafkan saya, Nak."


"Tidak Bu, saya yang bersalah"... ......... .. ..




=============0000000000==============


Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi
istrinya mandul. Mereka tidak punya anak.
Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi
usaha mereka kelak.


Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota , dalam sebuah kesempatan,
mereka bertemu dengan sang ayah dan
istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya
anak dari darah dagingnya sendiri. Ia
mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya
hidup mereka, tetapi sang ibu menolak.
Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.



Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu
ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu
tidak mau mengizinkan.






=============0000000000==============


Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter
mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh
operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan
jiwanya.


Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi
biaya medis tidaklah murah, ia tidak
sanggup membiayainya.



Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang
tepat. Satu2nya jalan keluar adalah
menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu
membiayai perawatannya.


Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya
berkeliling kota , bermain2 di taman kesukaan
mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi Sang Chi You Mama
Hau", lagu kesayangan mereka. Untuk
sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam
kegembiraan bersama sang anak.


Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak
menolak untuk tinggal bersama ayahnya,
karena ia hanya ingin dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai
perawatan kamu, Nak" kata ibu. "Tidak apa2
Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2
dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya
akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu
tidak perlu bekerja lagi, Bu", kata
sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah
keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa
kambuh setiap saat.



Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang
melihat anak imut tersebut. Ketika
ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya.
Walaupun diberikan mainan kesukaan
sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak
menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak
mau mainan itu", teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati
sedih dan menangis, sang ibu berkata
"Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek
dan nenek akan bermain bersamamu."
"Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah
ibu juga sayang saya? Ibu sekarang
tidak mau saya lagi", sang anak mulai menangis.



Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak
didengarkan anak kecil tsb. Sang anak
menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu".
Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa
dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah
disini", ibunya segera lari keluar
meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang
memilukan.


Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu
menyayat hati, ia telah berpisah dengan
anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka
berjanji akan merawat anaknya dengan baik.
Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia
telah kehilangan satu2nya alasan untuk
hidup, anaknya tercinta.



Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat
nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia
sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia
harus hidup untuk mengetahui bahwa
anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan,
demi anaknya juga........ .. ..



=============0000000000==============




Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja
yang lebih baik lagi. Sang anak telah
sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.

Seperti biasa, sang anak ingat akan hari
ulang tahun ibunya.
Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah
mengumpulkan- nya. Maka, pada hari tsb,
sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju
ke desa tempat tinggal ibunya, yang
memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai
bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia
setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun,
dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia
akan memberikan semuanya untuk ibu.



Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju
rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia
mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah
pindah, dan tidak ada yang tahu kemana
ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan
rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak
menginginkan saya lagi."



Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah
terlambat pulang ke rumah selama lebih
dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat
sudah dicari, tetapi tidak ada kabar.


Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi
pun dihubungi untuk melaporkan anak
hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari
ini adalah hari ulang tahunnya. Ia
terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka
sang ayah dan sang ibu segera naik
mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang
tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang
bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya,
saat membaca tulisan2 imut anaknya
dalam surat itu.



Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa
mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu
semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan
altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia
memohon agar bisa menemukan anaknya.



Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya
pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di
desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan
pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang
welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik.



Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon
agar bisa bertemu dengan dirinya.


Benar saja, ternyata sang anak berada di sana . Tetapi ia pingsan,
demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera
menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga
kuil, sang ibu terjatuh dari tangga,
dan berguling2 jatuh ke bawah....... ... ..




=============0000000000==============




Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah.
Ia sering beradu mulut dengan ayah,
mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak
pernah ditemukan. Sang anak telah banyak
menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil.



Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama
dengan teman wanitanya. Mereka tampak
serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia
melihat seorang wanita tua yang sedang
mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak
pernah melihat wanita itu sebelumnya.
Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit.



Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama
pacar untuk menghampiri pengemis tua
itu. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk
minta sedekah, ia berucap dengan lemah
"Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?"



Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera
menyanyikan lagu "Shi Sang Ci You Mama
Hau" dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut
menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka
berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu
menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang
anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini
saya ibu".


Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya,
"Apakah kamu ??..(nama anak itu)?"
"Benar bu, saya adalah anak ibu?".



Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi
bumi ............ ... .
Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi
hilang ingatan, tetapi ia setiap hari

selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan
dirinya. Sebagian orang menganggapnya
sebagai orang gila.


=============0000000000==============


Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama:



Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu
bahkan rela mengorbankan nyawanya..
Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda,
ataupun disaat Ibu sudah tua:


1.Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan,
ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.



Diantara orang2 disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/I kandung
Anda, diantara lebih dari 6 Milyar
manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan
pun, dimana pun, dengan cara apapun
...........



Tidak diragukan lagi "Ibu kita adalah Orang Yang Paling Mulia di dunia ini"


=============0000000000==============

Ada 2 tindakan yang dapat Anda lakukan:

1. Bila Anda beruntung (Ibu Anda masih ada di dunia ini), ajaklah ia untuk
keluar makan atau jalan2 MALAM INI
JUGA. Jangan ditunda2. Bila Ibu Anda tinggal di tempat yang terpisah jauh
dengan Anda, telponlah dia malam ini
juga, just to say "hello". Catatlah hari ulang tahunnya, rayakan,
dan bahagiakanlah dia semampu Anda.
Hidangkan makanan favoritnya, dst.

2. Kirimkan kisah film ini kepada saudara/i Anda, teman2 Anda, maupun
rekan2 kerja Anda , bagi sebagian dari
mereka kisah ini mungkin akan seperti setetes embun yang menyegarkan jiwa
mereka, yang terkadang terlalu sibuk
dengan aktivitasnya sendiri.

[ Sumber : Dari berbagai sumber ]

Tidak ada komentar: